Halaman

27 April 2011

Polisi Periksa 4 Warga Hero Koe

RUTENG -- Polisi telah memeriksa 4 warga Hero Koe, Desa Ruang, Kecamatan Satar Mese Barat untuk mengungkapkan motif konflik yang menewaskan tiga orang dan beberapa lainnya menderita luka berat. Sementara kondisi di dua kampung yang terlibat perkelahian kondusif.

Kasubag Humas Polres, Simon Jeo per telepon, Senin (18/4) mengatakan, penyelidikan sudah mulai berjalan. Polisi sudah memeriksa 4 saksi penunjuk yang hadir saat diadakan ritus ada di pekuburan dan yang menjadi korban luka-luka juga dalam perkelahian tersebut.

“Sebetulnya, hingga Senin ini, sudah ada saksi korban yang diperiksa lagi. Tetapi, karena masih belum sembuh benar dari luka-lukanya, maka kepolisian belum meminta keterangan mereka. Yang pasti saksi yang diminta adalah mereka yang ikut ritus pada saat itu,” katanya.

Tentang keterlibatan banyak orang dalam perkelahian tersebut, Simon mengatakan, semua sedang dalam penyelidikan. Tetapi, dari informasi sementara, dari Kampung Langke Norang ada 7 orang datang ke lokasi pekuburan. Sedangkan dari Hero Koe ada belasan.

Hal senada juga disampaikan Kasat Reskrim, Trianus Ouwpoly. Menurutnya, keterangan para saksi baik yang terluka maupun tidak dalam perkelahian diperlukan guna mengungkapkan tabir perkelahian tersebut. Karena masih dalam penyelidikan, belum ada warga dikenakan status tersangka karena penyelidikan masih mengumpulkan bukti-bukti mengenai keterlibatan setiap orang dalam kejadian tersebut.

“Kita sudah periksa beberapa orang. Malah, yang dirawat di St. Rafael Cancar, kita sudah minta keterangan. Dia ini, saat kejadian bertugas memotong kambing di lokasi pekuburan. Demikian juga beberapa warga lain, termasuk 3 orang telah keluar dari RSUD Ruteng, pekan lalu,” katanya.

Segera Tangkap Pelaku

Sementara warga Hero Koe, Desa Ruang, Kecamatan Satar Mese Barat, Manggarai, melalui kuasa hukumnya Fidentius Oskar mendesak kepolisian untuk segera menangkap dan menahan para pelaku pembunuhan dan penganiayaan sadis di lokasi pekuburan umum, Rabu (13/4). Hal ini perlu segera dilakukan karena hingga hampir sepekan peristiwa berlangsung, belum satu pun para pelaku ditangkap dan ditahan polisi.

Demikian salah satu poin siaran pers kuasa hukum korban warga Hero Koe yang diterima Flores Pos di Ruteng, Selasa (19/4). Dalam kopian surat tersebut, Fidentius Oskar memberikan rekomendasi atas kejadian berdarah tersebut, yaki pertama, mendesak kepolisian menangkap para pelaku pembunuhan dan penganiayaan. Kedua, mengimbau pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk terlibat aktif dalam menciptakan rasa aman di tengah masyarakat yang bertikai. Rekomendasi itu lahir dari beberapa kesimpulan atas kejadian itu, yakni peristiwa itu murni penyerangan oleh kelompok warga Langke Norang kepada Hero Koe tanpa musabab yang jelas, dan bukan perang tanding, modus operandinya digolongkan sebagai pembunuhan berencana dan terorganisasi, hingga kini para pelaku belum ditangkap, dan dengan tidak segera ditangkap, warga Hero Koe merasa cemas dan terganggu keamanannya.

Dalam siaran pers itu, Fidentius Oskar membeberkan kronologi kejadian berdarah tersebut. Rabu (12/4), Pkl. 11.00 Wita, sekelompok warga Hero Koe mengadakan ritus adat syukuran setelah renovasi kuburan rampung dikerjakan. Ritus adat dengan mengorbankan seekora kambing itu dipimpin tua gendangnya Matias Jemila. Awalnya acara adat ini berjalan baik hingga hewan kurban disembelih dan dikuliti. Tiga puluh menit kemudian, datang sekelompok warga dari Langke Norang sebanyak 7 orang melintas di jalan setapak di wilayah pekuburan umu Hero Koe sambil memukul gong. Mereka melengkapi diri dengan parang, tombak, perisai, kayu tumpul, berjalan ke arah kuburan nenek moyang mereka yang jaraknya 4 meter dari pekuburan orang Hero Koe.

Tujuh orang ini menyerang membunuh secara membabi buta kepada warga Hero Koe yang tidak memiliki perlengkapan seperti mereka. Warga Hero Koe berusaha membela diri dan menangkis dengan tangan telanjang dan lainnya berjuang merebut senjata tajam yang mereka bawa.

Akibat dari penyerangan itu, tulis Oskar, 2 warga Hero Koe, bapak dan anak Matias dan Petrus Jemila meninggal di tempat kejadian. Sadisnya, mayat Matis Jemila dicincang pada bagian telinga, kepala, lidah, dagu, leher, tangan, dan kaki. Sembilan warga Hero Koe lain mengalami luka berat dan cacat permanen, seperti Vitalis Nahason, Mikhael Bambor, Elias Bus, Hendrikus Mandi, Lorens Janggur, Nobertus Nabut, Stefanus Mali, Aloysius Malut, dan Hubertus Ngabur. Lima warga lainnya berhasil lari dan langsung melaporkan kejadian itu Polres Manggarai.*

-- Christo Lawudin

Sumber: Flores Pos, edisi 26 April 2011, pp, 1,15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar