Halaman

26 April 2009

Mantan Gubernur Piet Tallo Meninggal Dunia

Meninggal di Jakarta

Oleh Leonard Ritan

KUPANG (FLORES POS) -- NTT yang berdiri tahun 1958 kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Mantan Gubernur NTT Piet Alexander Tallo menghembuskan napas terakhirnya di RSPAD TNI Gatot Subroto, Jakarta pukul 20.23 WIB. Tallo yang akan genap 67 tahun pada 27 Mei ini meninggalkan seorang isteri, Ny. Erni Christiana Tallo dan tiga orang anak yakni Ina Tallo, Yoan Tallo dan Vera Tallo serta sembilan cucu.

Tallo kelahiran Tepas, Timor Tengah Selatan pada 27 Mei 1942, anak dari pasangan Ch. B. Tallo dan M. Tallo-Lodo ini dikenal memiliki karier politik yang nyaris sempurna. Karena hampir seluruh hidupnya berada di lingkungan birokrasi semenjak menamatkan pendidikan sarjana hukum Universitas Gadjah Mada pada 1970. Setelah menamatkan pendidikan, Tallo bekerja di lingkup pemerintah provinsi NTT.

Dinilai memiliki kemampuan intelektual dan jiwa kepemimpinan yang cukup baik, Tallo dipercayakan rakyat sebagai Bupati TTS dalam dua periode, yakni periode 1983- 1988 dan 1988-1993. Segera setelah memimpin TTS, Tallo ”dipinang” menjadi Wakil Gubernur NTT mendampingi Gubernur Mayjen (Pur) Herman Musakabe periode 1993-1998.


Selanjutnya, Tallo dipercayakan rakyat melalui DPRD NTT memimpin NTT dalam dua periode yakni periode pertama 1998-2003 bersama Wakil Gubernur Johanes Pake Pani dan periode kedua 2003-2008 bersama Wakil Gubernur Frans Lebu Raya. Pada periode pertama kepemimpinannya sebagai gubernur (1998-2003), Tallo mengusung Program Strategis Tiga Batu Tungku dan disempurnakannya dengan Program Tiga Pilar Pemerataan pada periode kedua (2003-2008).

Sebagai orang nomor satu NTT, pemilik rambut perak ini dikenal luas sebagai gubernur yang familiar. Selalu mengedepankan pendekatan historis kultural dan historis religius dalam menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi.

Dia juga dikenal luas sangat mencintai anak dengan sifat kepakan yang tinggi. Gerah dengan stigma NTT miskin, bodoh, dan malas. Terhadap permasalahan ini, Tallo dengan tegas mengajak rakyatnya untuk bergandengan tangan, bekerja keras menghapus sejumlah stigma dimaksud. Jadilah manusia yang bermartabat, mulailah dengan apa yang ada dan dimiliki oleh rakyat.

Kurang lebih setahun menjelang akhir masa jabatan sebagai gubernur pada periode kedua, Selasa (24 Juli 2008), Tallo sempat koma karena terserang asma kronis dan komplikasi radang pernapasan. Setelah sempat dirawat selama sehari di RSUD W Z Johannes Kupang, Tallo diterbangkan ke Surabaya dengan pesawat Lion Air untuk dirawat di RSU Soetomo. Karena sakit yang dideritanya tersebut, Tallo menggunakan alat trakeostomi yakni pembuka dinding trakea depan untuk membantu memperlancar pernapasan. Tallo masih menggunakan alat trakeostomi ini hingga menghembuskan napas terakhir.

Ketua DPRD NTT, Melkianus Adoe mengatakan, kepemimpinan Tallo patut dicontoh. ”Tallo mampu menjalankan kemitraan antara eksekutif dan legislatif dengan baik. Walau demikian, pemerintahan Tallo tetap menerima semua saran dan kritik yang disampaikan lembaga dewan,” tandas Adoe.

Asisten I Setdaprov NTT, Yoseph Aman Mamulak ketika dihubungi via telepon selular, Sabtu malam (25/4) mengatakan, pemprov telah berkoordinasi dengan pihak keluarga almarhum untuk mendatangkan jenazah di Kupang.

Pantauan di rumah duka, Jln. Amabi- Tofa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang pada Sabtu malam, sejumlah pejabat lingkup pemprov terlihat sibuk mempersiapkan berbagai kelengkapan penjemputan jenazah. Bahkan foto almarhum mengenakan baju putih pun telah diletakkan di atas meja.*

FP 27 April 2009 pp.1,15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar